Kopassus dikenal karena memiliki kemampuan lintas medan yang melibatkan operasi udara, darat, dan laut. Mereka terlatih untuk berbagai misi, termasuk kontraterorisme, penyelamatan sandera, dan pengintaian militer.

TNI terlibat dalam misi perdamaian PBB untuk mendukung pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia. Partisipasi ini membantu membangun citra positif Indonesia di mata dunia dan memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian konflik internasional.

Lokasi markas besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, dipilih untuk memudahkan koordinasi dan pengendalian operasional TNI. Lokasi yang strategis memberikan akses cepat ke pusat keputusan nasional, memungkinkan TNI merespons dengan cepat terhadap berbagai situasi darurat dan ancaman.

Laksamana Madya RE. Martadinata diakui sebagai "Bapak Korps Marinir" dan memiliki julukan Pahlawan Lingga Karya karena perannya dalam pembentukan dan pengembangan Korps Marinir TNI AL. Kontribusinya memberikan dimensi laut yang kuat pada kekuatan pertahanan Indonesia.

Denjaka adalah pasukan khusus TNI AL yang terlatih untuk operasi bawah air dan kontraterorisme maritim. Mereka memiliki peran krusial dalam menjaga keamanan laut dan melawan ancaman terorisme di wilayah perairan Indonesia.

TNI memainkan peran aktif dalam konfrontasi militer dengan Malaysia pada tahun 1960-an, yang merupakan bagian dari dinamika geopolitik regional selama Perang Dingin. Konflik ini mencerminkan upaya TNI untuk menjaga kedaulatan dan keamanan Indonesia di tengah ketegangan politik regional.

Ciri khas dari Kopassus adalah baret merah yang mereka kenakan.